Gelombang Ganas jadi Tenang setelah Nelayan Datangi Makam Keramat
Pria berusia 83 tahun itu menyatakan tak pernah tahu siapa yang dikubur di makam-makam yang dikeramatkan itu.
Namun dari mendiang ayahnya, Mancadu, ia diberitahu bahwa tokoh yang dimakamkan di situ berasal dari Maba, Halmahera Timur.
”Dulu sering ada yang ziarah di situ. Mereka mengaku berasal dari Maba,” tutur Habu menirukan ayahnya.
Konon, kata Habu, pemilik makam terbesar adalah seroang wanita. ”Sehingga masyarakat di sini menamakan kuburan itu Jere Boki, yang artinya kuburan wanita,” katanya saat ditemui di kediamannya pekan lalu (3/9).
Tiga makam tersebut letaknya tak jauh dari bibir pantai. Saat laut surut, Jere Boki hanya berjarak kurang dari 5 meter dengan bibir pantai.
Di kala pasang, jaraknya menjadi setengah meter. “Tiap malam saat pasang, kuburan-kuburan itu selalu dihantam ombak. Tapi tetap tak ada perubahan pada dinding-dinding batunya,” ujar Habu yang bersedia diwawancari Malut Post (Jawa Pos Group) dalam kondisi berbaring lantaran kesehatannya mulai menurun.
Abrasi juga mengancam Dehegila. Pantai di situ perlahan kian terkikis. Pohon-pohon bakau di situ pun kian lama kian habis. Namun makam-makam ini tak jua terendam air.
”Secara logika, tentu dipertanyakan. Kami juga heran. Tapi makam keramat memang biasanya seperti itu,” kata suami dari Sarifa Taba itu.
TANJUNG Dehegila merupakan lokasi wisata, yang letaknya di titik paling selatan Pulau Morotai. Di sana terdapat tiga makam keramat. Meski tiap
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara