Gelombang Kedua COVID-19 di Eropa Lebih Ganas dari yang Pertama

Ia meminta otoritas Eropa untuk mendengarkan publik dan bekerja sama dengan mereka melalui "cara yang baru dan inovatif" untuk membangkitkan kembali perang melawan COVID-19.
Pembatasan berlaku lagi, tapi belum 'lockdown' nasional
Dalam beberapa pekan terakhir, banyak pemimpin Eropa telah mengumumkan pembatasan yang lebih terfokus dan terlokalisasi, tetapi belum ada yang memberlakukan 'lockdown' nasional.
Pemerintah Perancis memberlakukan kembali pembatasan di banyak daerah perkotaan, termasuk membatasi kapasitas restoran dan ruang kelas di sekolah, serta menutup bar dan pusat kebugaran.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez memperkenalkan pembatasan perjalanan ke dan dari Madrid, yang telah memicu protes dan membuat administrasinya dilabeli "kriminal dan totaliter" oleh para lawan politiknya dari sayap kanan.
Seperti Perancis dan Spanyol, pemerintah Inggris tidak berencana untuk menerapkan kembali 'lockdown' nasional meskipun ada sejumlah kasus yang tercatat.
Perdana Menteri Boris Johnson telah memilih menerapkan "pendekatan yang proporsional" dengan memberlakukan sistem peringatan yang terbagi menjadi tiga tingkat di seluruh Inggris - sedang, tinggi, dan sangat tinggi - tergantung pada tingkat keparahan wabah.
Sebelum munculnya gelombang kedua di Eropa, Jerman menjadi panutan bagi pendekatannya yang berhasil memerangi virus. Gambaran ini akan sulit dipertahankan, karena dalam beberapa hari terakhir negara ini telah mengalami peningkatan kasus harian tertinggi sejak puncaknya pada awal April.
Ibu kota Jerman, Berlin, yang terkenal dengan kehidupan malamnya, sejak 10 Oktober lalu mengalami aturan jam malam untuk yang pertama kalinya dalam 70 tahun terakhir.
Eropa kembali berada dalam cengkeraman kembalinya COVID-19, setelah Inggris, Spanyol, dan Perancis masing-masing melaporkan ribuan kasus harian baru
- Porang Jadi Andalan Baru Sidrap, Ekspornya Sampai Eropa
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan