Gelombang Pengungsi Rohingya Menuju Aceh Terus Membesar

Gelombang Pengungsi Rohingya Menuju Aceh Terus Membesar
Abdu Rahman pernah menulis buku berjudul 'Rohingya Odyssey' tentang perjalanannya yang diterbitkan di Kanada. (ABC News: Habil Razali)

'Hati kami tak sekeras batu'

Kedatangan pengungsi Rohingya tidak selalu disambut dengan baik oleh warga Aceh, seperti laporan penolakan yang sempat terjadi di Jangka, Bireuen dan Muara Batu, Aceh Utara.

Tapi menurut Panglima La'ot, sebuah lembaga adat laut Aceh, peraturan adat menyebutkan siapa saja, bahkan hewan sekali pun, wajib dibantu bila mengalami kesulitan di laut.

Ketua Panglima La'ot, Miftachhuddin Cut Adek, menegaskan secara adat, warga tidak boleh menolak dan juga tidak berwenang menerima mereka.

Namun, jika pengungsi itu turun sendiri ke darat seperti baru-baru ini, menurutnya, hukum adat melarang untuk mendorong mereka kembali ke laut.

"Kalau di laut, tidak boleh menarik mereka ke darat. Kalau mereka mendarat sendiri, kita tidak boleh menolak," katanya.

"Penolakan-penolakan ini sebenarnya sudah menyalahi hukum adat."

Regulasi adat, yang juga mengadopsi aturan syariah, tidak memandang agama dan ras, tapi lebih pada pertimbangan kemanusiaan. 

Itulah alasan Efendi, seorang nelayan berusia 40 tahun, ikut menolong ratusan pengungsi Rohingya di desanya.

Khairul, istrinya, dan tiga anak-anaknya termasuk dari seribu lebih warga Rohingya yang melarikan diri dari kamp pengungsi di Bangladesh

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News