Gelombang Pengungsi Rohingya Menuju Aceh Terus Membesar

Gelombang Pengungsi Rohingya Menuju Aceh Terus Membesar
Abdu Rahman pernah menulis buku berjudul 'Rohingya Odyssey' tentang perjalanannya yang diterbitkan di Kanada. (ABC News: Habil Razali)

"[Misalnya] beberapa negara Timur Tengah mempekerjakan orang-orang Rohingya dengan upah yang relatif rendah … menguntungkan negara-negara tersebut secara ekonomi."

Chris Lewa dari The Arakan Project mengatakan sekarang menjadi saat yang tepat untuk meninjau kembali Bali Process, sebuah forum yang didirikan oleh Australia dan Indonesia pada tahun 2002 untuk menangani perdagangan manusia.

"[Pemerintah Indonesia dan Australia] pada Mei lalu sepakat untuk mengaktifkan mekanisme konsultasi," ujarnya.

"Sudah saatnya untuk menerapkan mekanisme konsultasi ini dan setidaknya memulai diskusi tentang bagaimana menggunakan pendekatan regional untuk mengatasi krisis Rohingya."

Australia hanya memberikan visa kepada 470 warga Rohingya di bawah program kemanusiaan khusus sejak tahun 2008, yang menurut sejumlah pengamat jumlah ini "sangat kecil".

Panglima La'ot Aceh juga meminta Pemerintah Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara untuk membahas lebih serius masalah ini.

"Lembaga dunia yang lain juga harus datang ke Aceh untuk membantu penanganan pengungsi ini, masyarakat Aceh jangan dibiarkan sendirian," katanya.

Meski Aceh jadi rumah sementara bagi Abdu dan ribuan warga Rohingya lainnya, mereka tetap ingin bisa kembali ke tanah air-nya suatu hari nanti.

Khairul, istrinya, dan tiga anak-anaknya termasuk dari seribu lebih warga Rohingya yang melarikan diri dari kamp pengungsi di Bangladesh

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News