Gempa Hantu Terdeteksi dari Afrika Hingga ke Hawaii

Kepada National Geographic, Prof Ekstrom menjelaskan peristiwa seismik memang dimulai dengan gempa bumi. Dia menduga gempa ini berupa gempa yang lambat.
Getaran gempa bumi lambat lebih tenang dibandingkan gempa biasa. Pasalnya, proses pelepasan tekanan dalam perut bumi terjadi secara bertahap dan berlangsung cukup lama.
"Deformasi juga terjadi, tetapi tidak dalam bentuk getaran mengejutkan," kata Profesor Ekstrom.
Sejak Mei tahun ini, Pulau Mayotte telah mengalami rentetan 'gempa bumi', yaitu ratusan peristiwa seismik selama beberapa hari atau minggu. Namun hal itu telah berkurang dalam beberapa bulan terakhir.

Analisis dari Survei Geologi Prancis menunjukkan getaran gelombang aneh ini dapat berupa gerakan massa magma di bawah kerak bumi, seperti runtuhnya ruang.
Gerakan berirama, seperti tumpahan batu yang meleleh, atau gelombang tekanan yang memantul melalui magma berpotensi untuk beresonansi mirip dengan yang terjadi di Mayotte.
Sebelumnya pada 2002 di Republik Demokratik Kongo juga terjadi peristiwa serupa. Saat itu, terjadi gempa bumi lambat dengan gelombang frekuensi rendah diperkirakan akibat ruang magma yang runtuh di bawah gunung berapi Nyiragongo.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia