Gempa Jerman

Oleh: Dahlan Iskan

Gempa Jerman
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Jadilah Qatar sebuah pulau terpisah yang kecil. Ia bukan lagi bagian darat dari Semenanjung Arabia. Penerbangan pun dihentikan. Jalan darat terputus. Visa tidak dikeluarkan.

Untunglah konflik mereda. Galian itu diurungkan. Kalau tidak, bagaimana coba, tim sepak bola Arab Saudi bisa menuju stadion Qatar. Harus disediakan sampan-sampan kecil untuk menyeberangkan mereka. Itu pun kalau Qatar tidak membiakkan buaya di laut pemisah itu.

Maka kalau tim raksasa Argentina kalah 1-2 dari tim remehan Arab Saudi sebenarnya itu terpaksa. Itu bukan untuk mempermalukan Lionel Messi, tetapi sekadar untuk meledek Qatar.

Sebenarnya Arab Saudi sudah siap kalah. Rolls-Royce untuk para pemain Saudi itu, hehe, bisa disiapkan oleh Qatar. Biar ada teman malu.

Bahwa Saudi tetap membelikan Rolls-Royce pada setiap pemainnya, itu karena harga semua Rolls-Royce itu, berikut semua pemainnya, masih lebih murah dari harga satu orang Messi.

Soal Jepang mengalahkan raksasa Jerman itu juga terpaksa. Jerman selama ini memilih beli gas dari Rusia. Jepang membeli LNG dari Qatar.

Rusia dianggap mencaplok pulau-pulau Kuril di utara Jepang. Maka berlaku hukum konflik: lawannya lawan adalah teman lawan. Jepang harus mengalahkan Jerman. Harus 1-2. Harus mirip Saudi mengalahkan Argentina. Sama-sama harus kena penalti dulu di babak pertama.

Jerman sebenarnya sudah membaca itu. Yakni ketika mendapat penalti di babak pertama. Ini akan senasib dengan Argentina.

Sebenarnya Arab Saudi sudah siap kalah. Rolls-Royce untuk para pemain Saudi itu, hehe, bisa disiapkan oleh Qatar. Biar ada teman malu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News