Genangan Minyak Dicek Dulu, Avtur atau Solar

jpnn.com - JAKARTA - Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsda Dwi Putranto mengatakan, tumpahan minyak di perairan sebelah timur Tanjung Pandan akan diselidiki untuk mengetahui asal usulnya. Jika ternyata minyak tersebut berjenis avtur maka patut diduga berasal dari pesawat AirAsia yang hilang sejak Minggu (28/12).
"Kita sudah sampaikan ke posko yang dekat situ untuk tindak lanjuti. Diambil sampelnya, itu avtur apa solar biasa. Nanti orang lab dari Pertamina pasti bisa tahu kadar-kadarnya," kata Marsda Putranto di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Senin (29/12).
Menurutnya, lokasi ditemukannya genangan minyak tidak jauh dari lokasi terakhir pesawat AirAsia yang diketahui.
Karenannya, jika pesawat buatan Airbus itu memang jatuh ke laut maka mungkin saja tumpahan bahan bakarnya terbawa arus ke lokasi tersebut.
Dari lokasi minyak itu nantinya juga bisa menjadi dasar perkiraan lokasi jatuhnya QZ8501. "Tinggal dihitung saja, kecepatan arus berapa terus hilangnya sudah berapa lama, kalau betul itu avtur bisa diperkirakan nanti," jelasnya.
Marsda Putranto enggan menanggapi lebih banyak terkait genangan minyak tersebut. Ia memilih untuk menunggu hasil uji laboratorium dan arahan dari Basarnas sebagai pemegang komando upaya pencarian.
"Kita kan operasinya di bawah basarnas. Ada sesuatu segala macam lapor ke Basarnas. Nanti Basarnas yang tindak lanjuti," pungkasnya (dil/jpnn)
JAKARTA - Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsda Dwi Putranto mengatakan, tumpahan minyak di perairan sebelah timur Tanjung Pandan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Muhaimin Mampir ke Sundown Markette, Dukung Sinergitas UMKM Bersama Pemerintah
- Mendapat Promosi Bintang Tiga, Laksda Edwin Menempati Jabatan Baru Sebagai Wagub Lemhannas
- Mulai Senin 17 Maret, Harga Tiket Bus Mudik Lebaran Mulai Naik, jadi Sebegini
- Presidium PNI Salurkan Bantuan dan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir di Bekasi
- Lepasliarkan 265 Ekor Burung di TN Gunung Halimun Salak, Menhut: Jangan Ditembak,Ya
- Menhut: 7 Juta Hektar Lahan Bisa Dimanfaatkan untuk Perhutanan Sosial