Gencatan Senjata Omong Kosong ala Rusia di Eastern Ghouta
jpnn.com, GHOUTA - Rusia dinilai sama sekali tidak punya itikad baik untuk menerapkan gencatan senjata di Eastern Ghouta, Syria. Penilaian itu justru muncul ketika Presiden Vladimir Putin mulai bersikap kooperatif terhadap misi PBB.
Agar tujuan PBB untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan terhadap penduduk sipil di Eastern Ghouta, Rusia mengusulkan jeda pertempuran.
Setiap hari semua pihak yang berseteru harus meletakkan senjata selama lima jam. Mulai pukul 09.00 hingga pukul 14.00 waktu setempat.
Kemarin, Selasa (27/2) gagasan yang disepakati seluruh anggota Dewan Keamanan (DK) PBB itu langsung berlaku.
Sebagian besar negara anggota PBB menyambut baik formula Putin tersebut. Tetapi, tidak demikian halnya dengan Wakil Duta Besar Inggris untuk PBB Jonathan Allen.
Menurut dia, jeda pertempuran lima jam per hari itu tidak serta-merta menjadi bukti bahwa gencatan senjata bisa diterapkan.
’’Itu bukti bahwa Rusia sebenarnya bisa berkomitmen pada gencatan senjata jika mau. Jika bisa mewujudkan jeda pertempuran selama lima jam per hari, mereka seharusnya juga bisa menerapkannya selama 24 jam per hari,’’ ungkap Allen sebagaimana dilansir CNN kemarin.
Gagasan Putin itu, menurut dia, malah menunjukkan bahwa gencatan senjata di Eastern Ghouta sangat bergantung kepada Rusia.
Rusia dinilai tidak punya itikad baik untuk mewujudkan gencatan senjata di Eastern Ghouta, Syria. Skema gencatan senjata yang mereka terapkan penuh omong kosong
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?
- Invasi Rusia Makin Brutal, Pengamat Soroti Penderitaan Warga Sipil Ukraina
- Menko Polkam Budi Gunawan jadi Tamu Kehormatan di National Day Federasi Rusia
- Rusia Nilai Indonesia Sangat Klop dengan BRICS
- Angkatan Laut Rusia Bakal Masuki Perairan Indonesia, Ada Misi Khusus Apa?