Georgia Lowry, Alami Leukimia Sejak Bayi dan Penerima Transplantasi Termuda

Ibu Meg, Sheree Davidson, mengatakan, keterlibatan Georgia memberi mereka harapan.
"Ketika Anda menderita kanker, masa depan terlihat sangat sulit, untuk melihat di balik itu sangatlah sulit. Melihat Georgia, perjuangan yang ia lalui sebagai anak-anak dan bayi, dan melihat bahwa ada harapan, itu benar-benar mukjizat, memberi Anda harapan," jelas Sheree.
Juru bicara ‘Camp Quality’, Garry Nunn, mengatakan, memiliki orang dewasa yang mengalami masa kanak-kanak sebagai pengidap kanker dan kemudian menjadi relawan, benar-benar memberi inspirasi.
"Apa yang dilakukan orang-orang seperti Georgia hari ini, mereka memberi anak-anak penderita kanker dan juga keluarga mereka optimisme dalam arti sebenarnya dan daya juang yang benar-benar nyata," ungkap Garry.
"Di mana pun anak itu berada, Georgia akan membantunya melewati hari berikutnya, minggu depan, dan apapun yang terjadi pada anak-anak seperti Meg, Georgia bisa membantu melatih mereka melalui itu dan mengatakan ‘lihat aku, aku bertahan selama ini, kamu bisa melakukan semua hal menyenangkan yang dilakukan anak-anak lain, dan aku bisa membantumu melakukan hal itu’," tambahnya.
Tindakan Georgia benar-benar menjadi teladan.
Ia memiliki hidup yang penuh kegiatan, termasuk bekerja di sebuah pusat penitipan anak dan ikut kompetisi berkuda.
"Ini adalah olahraga yang berbahaya dan membutuhkan orang berbadan sehat untuk melakukannya," ujar ibu kandung Georgia, Ann Marie Lowry.
Georgia Lowry baru berusia delapan minggu ketika ia didiagnosa menderita kanker leukemia limfoblastik akut yang langka dan agresif. Kini, ia mengabdikan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia