Gerak Cepat, Kementerian Pertanian Mendongkrak Produksi Padi Nasional

Gerak Cepat, Kementerian Pertanian Mendongkrak Produksi Padi Nasional
Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 04 bertemakan Strategi Swasembada Padi Berkelanjutan. Foto: tangkapan layar/dokkementan

Zahara menjelaskan bahwa diperkirakan pada 2050 akan terjadi ledakan populasi mencapai 9 miliar lebih manusia, dan solusinya harus memproduksi pangan 60% lebih banyak lagi atau pertanian berkelanjutan.

"Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan secara terus menerus hingga generasi selanjutnya dan selanjutnya," katanya.

"Untuk total produksi padi di Indonesia saat ini sebesar 53,6 juta ton/Ha, sebelumnya pada 2022 mencapai 54,7 juta ton/Ha, sedangkan konsumsi beras per kapita sebesar 1,55 kg/minggu," imbuhnya.

Zahara mengungkapkan tantangan dalam mewujudkan swasembada padi berkelanjutan di antaranya:

  • Perubahan iklim
  • Alih fungsi lahan
  • Belum menerapkan praktik pertanian yang baik atau Good Agriculture Practices (GAP)
  • Pengelolaan pascapanen yang tidak tepat
  • Susut hasil selama proses pascapanen padi.

"Dengan strategi meminimalisasi susut hasil pascapanen, maka dapat mendukung swasembada padi berkelanjutan," ujar Zahara.

Praktik pascapanen yang baik dapat mempersiapkan fondasi yang solid untuk hasil panen yang sukses, sementara praktek pascapanen yang efisien dan efektif menjamin kualitas dan kuantitas panen yang optimal.

"Kedua tahapan ini saling melengkapi dan mendukung satu sama lain dalam menciptakan siklus pertanian yang berkelanjutan. Kedua aspek tersebut tidak hanya meningkatkan hasil akhir, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi petani," tutur Zahara.

Praktik pascapanen yang tidak tepat berpotensi mengakibatkan susut hasil hingga 20% dan susut hasil selama proses pascapanen padi berpotensi pada kerugian nasional hingga mencapai 25 triliun rupiah.

Praktik pascapanen yang tidak tepat berpotensi mengakibatkan susut hasil hingga 20 persen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News