Gerakan Anti Feminis Menguat di Indonesia
"Para aktivis ini percaya kaum ibu harus memobilisasi melawan Jokowi untuk melindungi anak-anak mereka dari komunisme, homoseksualitas, dan ancaman moral lainnya yang terkait dengan kubu Jokowi," kata laporan itu.
Rival Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto dan Partai Gerindra, memobilisasi sukarelawan perempuan dalam upaya mengalahkan petahana.
"Ibu-ibu dipandang sebagai pendidik dan penjaga moral keluarga - bahkan bangsa," kata Ayu Kartika.
Sementara antropolog Australia Dr Linda Rae Bennett, menilai gerakan Indonesia Tanpa Feminis dan aktivisme konservatif yang dipimpin perempuan lainnya merupakan tanggapan terhadap RUU anti kekerasan seksual.
RUU itu sendiri antara lain dirancanag untuk melarang tindak perkosaan dalam hubungan suami-istri.
Sejauh ini partai-partai di DPR RI mengisyaratkan dukungannya terhadap RUU ini, kecuali Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang secar tegas menolaknya.
Photo: Semakin banyak warga masyarakat Indonesia mengidentikkan diri dengan interpretasi Islam secara konservatif. (AP: Dita Alangkara)
Dr Bennett menggambarkan aktivisme anti-feminis baru sebagai "perang proksi" dari kalangan pria penentang RUU yang akan kehilangan hak mereka melakukan hubungan seksual dengan istrinya kapan pun mereka kehendaki.
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan