Gerakan Gender Lawan Rektor UI

Gerakan Gender Lawan Rektor UI
Gerakan Gender Lawan Rektor UI
Menurut Gadis, penyimpangan keuangan dan kesewenangan kekuasaan merupakan tindakan yang ditolak oleh semua cendekiawan. Penyimpangan keuangan merupakan sumber kemiskinan dan kesewenangan kekuasaan menjadi sumber keserakahan. Sifat-sifat itu, sambung dia, tak bisa lagi dianggap sepele. Semua akademisi di Universitas Indonesia sudah terbuka matanya, terbuka hatinya, dan menyadari keburukan yang dialami selama ini. ’’Tidak perlu lagi rektor berkelit. Ini sudah menjadi pendapat publik yang sama. Masa sedemikian banyak yang menilai, dianggap salah,’’ papar dia.

Dia mengakui gerakan Perempuan Lintas Fakultas untuk Reformasi UI ini diawakioleh para perempuan dosen. Mereka dari berbagai disiplin ilmu. Tidak hanya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, para dosen perempuan dari fakultas lainnya pun terlibat.

Gadis menilai gerakan ini dapat memberikan support yang efektif bagi rektor UI. Sekaligus menambah kepercayaan publik tentang fakta buruk yang terjadi. Sebab, pendekatan perempuan dapat menciptakan iklim yang terkontrol. ’’Semua tidak ingin UI hancur berantakan, hanya karena ulah segelintir pejabatnya. Kami ingin UI kembali seperti dulu, dengan budaya akademisnya yang diagungkan,’’ ungkapnya.

Dengan pendekatan ini, dia meminta Rektor UI dapat lebih terbuka hatinya. Memberikan dan menjelaskan situasi yang terjadi. Tidak lagi memberikan komentar menyesatkan.

JAKARTA – Aksi melawan Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar Rusliwa Somantri terus meluas. Kali ini, perlawanan itu datang dari gerakan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News