Gerakan Teroris Diyakini Tidak Terorganisir

Gerakan Teroris Diyakini Tidak Terorganisir
Gerakan Teroris Diyakini Tidak Terorganisir
Dalam kesempatan sama, bekas Panglima Kodam (Kodam) Jaya yang juga bekas Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengungkapkan bahwa radikalisme agama bertumbuh subur di Indonesia setelah reformasi bergulir. Salah satu sebabnya, masyarakat pernah sangat dikekang sebelum reformasi terjadi. “Kalau diilustrasikan, mulut tertutup, tangan terborgol,” katanya.

Lebih tepatnya, pada puncak gerakan reformasi Mei 1998, perilaku masyarakat Indonesia berubah drastis. Masyarakat yang tadinya dikenal dunia sebagai masyarakat santun berubah menjadi pemberang. “Warga kita menjadi masyarakat yang menyakitkan masyarakat lain, bengis dan brutal,” kata Sutiyoso.

Masyarakat yang bebas ini semakin berbahaya karena tingkat pendidikanya mayoritas rendah. Hampir 60 persen masyarakat Indonesia hanya lulusan sekolah dasar. ”Cara berpikir mereka sederhana,” kata dia.

Di sisi lain, masih kata Bang Yos –sapaan akrab Sutiyoso, aparat sangat lemah. Sehingga fenomena kehadiran kaum radikal menjadi hal biasa dan merambah ke ibukota. “Ceramah-ceramah shalat Jumat sangat mengerikan,” kata Sutiyoso.

JAKARTA - Anggota Komisi III DPR, Taslim Chaniago mendesak kepolisian untuk segera merubah pola-pola penanganan yang selama ini dilakukan dalam menangani

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News