Gerhana

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Gerhana
Gerhana bulan terlihat di Mesjid Al Azhar, Jakarta, Rabu (26/5). Foto: Ricardo/JPNN.com

Karena itu, saat puncak gerhana bulan total terjadi, bulan akan terlihat berwarna merah dan disebut sebagai Blood Moon.

Karena posisi bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi atau perige, maka bulan akan terlihat lebih besar dibanding purnama biasa, dan sering disebut dengan Super Moon.

Gerhana bulan total tahun ini dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di perige, yaitu bulan berada di jarak terdekat dengan bumi.

Fenomena gerhana tidak bisa lepas dari mitologi Jawa.

Mitos Jawa Kuno menyatakan Betara Kala menelan bulan atau matahari dan menyebabkan gerhana.

Dulu, keriuhan bakal terdengar di tiap kampung jika terjadi gerhana. Lesung, kentongan, tampah, dan alat lainnya dipukul berulang agar Betara Kala memuntahkan kembali bulan atau matahari yang ditelannya.

Fenomena gerhana matahari total di masa Jawa Kuno dituliskan dalam prasasti dan relief candi, sekadar sebagai mitos atau penanda peristiwa penting. Kata gerhana disebut berasal dari istilah bahasa Jawa Kuna yakni candragrahana.

Sebuah prasasti tua yang diperkirakan bertarikh 11 Maret 843 Masehi atau abad ke-9 menyebut adanya peristiwa Gerhana Bulan.

Kondisi politik Indonesia dewasa ini diibaratkan berada dalam kegelapan karena ditelan Betara Kala.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News