Gerindra: Ancaman Banjir Harusnya Bisa Diantisipasi
jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi V DPR M Nizar Zahro menilai pemerintah tidak maksimal dalam mengantisipasi terjadinya banjir di jalur mudik di kawasan Jawa Timur. Padahal, persoalan ini telah dibahas dalam rapat persiapan mudik antara Kementerian Perhubungan, Kementerian PU-Pera, BMKG maupun Basarnas.
"Waktu rapat persiapan mudik saya juga telah memperingatkan kepada Kementerian Perhubungan sebagai kordinator pelaksana agar mempersiapkan keadaan bilamana banjir bisa mempengaruhi jalur kereta api," kata Nizar saat dikonfirmasi pada Sabtu (2/7).
Diakuinya saat rapat di DPR, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya telah menyampaiakan perkiraan kondisi cuaca menjelang Idul Fitri, akan terjadi curah hujan intensitas cukup tinggi.
Namun, kepala BMKG hanya menjelaskan sifat curah hujan umumnya berada di atas normal. Perkiraan curah hujan dari pekan ketiga bulan Juni hingga awal Juli berkisar antara 75 hingga 100 milimeter.
Bahkan diprediksi per tanggal 27 Juni 2016, curah hujan memasuki wilayah timur dan akan terus merambat ke wilayah barat Indonesia. Perkiraan 90 persen daerah Pulau Jawa terkena hujan lebat saat arus mudik lebaran.
"Kejadian rel kereta api yang tergenang dan menggangu angkutan mudik semestinya sudah bisa diantisipasi jauh hari karena telah dibahas sebelumnya," ujar politikus Gerindra itu.(fat/jpnn)
JAKARTA - Anggota Komisi V DPR M Nizar Zahro menilai pemerintah tidak maksimal dalam mengantisipasi terjadinya banjir di jalur mudik di kawasan Jawa
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pertamina Patra Niaga Uji Penggunaan Bioethanol E10 Bersama Toyota dan TRAC
- Polisi yang Ditembak Mati Rekan Sendiri Dapat Kenaikan Pangkat Anumerta dari Kapolri
- Sekte Indonesia Emas Dideklarasikan Untuk Mewujudkan Perubahan Sosial
- PFM Tegaskan Ada 15 Kementerian dan 28 Badan Teknis yang Perlu Diawasi
- Unilever Sebut Inklusi, Kesetaraan, dan Keragaman Kunci Bisnis Berkelanjutan
- Kapolri Ajak Pemuda Muhammadiyah Berantas Judi Online & Polarisasi Pilkada Serentak