Getol Kampanye Revolusi Orange Dikira Incar Jabatan

Getol Kampanye Revolusi Orange Dikira Incar Jabatan
Sobir di depan kantornya, Pusat Kajian Hortikultura Tropika, IPB Bogor. Foto: GUNAWAN SUTANTO / JAWA POS
Ternyata, berdasar penelitian itu, Sobir melihat, ada tiga hal yang keliru terkait dengan pola pertanian buah kita. Tiga hal tersebut meliputi luas tanam buah yang sangat sedikit. Kedua, Indonesia tidak menerapkan pola menanam buah dalam bentuk estate. Ketiga, petani buah di Indonesia tidak bisa membaca perubahan preferensi terhadap buah.

 

"Misalnya, kalau dulu masyarakat suka pisang yang manis meski kulitnya burik-burik, sekarang masyarakat senang pisang yang cantik seperti jenis cavendis. Begitu pula terhadap selera buah durian," ujar staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB itu.

 

Sobir lalu coba mencari solusi untuk tiga masalah utama tersebut. Pria kelahiran 12 Mei 1964 itu memulai dengan upayanya memecahkan masalah yang kedua. Yakni, mengenai pola tanam dengan konsep estate. Dari situ dia mengusulkan IPB menggandeng PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII menjadi lokomotifnya.

 

"Menggandeng PTPN sebagai motor kami anggap paling relevan. Sebab, mereka punya lahan yang sangat luas. Dan, alhamdulillah, Pak Dahlan (Menteri BUMN Dahlan Iskan) dan teman-teman di PTPN menyambut positif langkah ini," ujarnya. "Dari sinilah kemudian tercetus istilah Revolusi Orange, yaitu gerakan pengembangan buah tropis," tambah dia.

 

Program pengembangan buah tropis yang digagas Institut Pertanian Bogor (IPB) dan BUMN yang dikenal dengan nama Revolusi Orange tak bisa dilepaskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News