Ghosn In The Box
Oleh Dahlan Iskan
Namun begitu mendengar proses peradilan ini akan berlangsung bertahun-tahun, Ghosn merasa mendapat perlakuan tidak adil. Sejak itulah rupanya Ghosn merencanakan sesuatu yang out of the box --dengan cara go in to the box.
Ghosn pun tahu kamera di rumahnya memang terpasang 24 jam, tetapi tidak terhubung ke sentral pengawasan. Menurut putusan pengadilan rekaman kamera itu hanya wajib disetorkan ke pengadilan sebulan sekali.
Begitulah bunyi putusannya. Yakni saat pengadilan mengabulkan permintaan Ghosn agar ditahan rumah. Dengan jaminan uang lebih Rp 100 miliar itu.
Bunyi putusan itu memang aneh. Bahkan mengabulkan penjaminan pun sangat aneh. Di Jepang memang berlaku sistem penjaminan tapi hampir tidak pernah terjadi.
Begitu Ghosn tahu sistem kameranya seperti itu ia merasa mendapat jalan out of the box.
Lalu menghubungilah perusahaan security swasta itu. Yang tim pelaksananya dari berbagai negara.
Boleh dibilang misi tim security Ghosn ini sukses besar. Bayarannya pasti tinggi. Di kontraknya pasti tertulis: berapa ribu dolar untuk mempersiapkan pelarian rahasia itu. Berapa ribu dolar lagi untuk melaksanakannya.
Bisa saja tim sudah merencanakan --berdasar hasil survei-- tetapi Ghosn tidak setuju. Tentu ada pertemuan-pertemuan tim dengan Ghosn. Terutama untuk memberitahukan risiko-risikonya. Berikut usaha mitigasinya.