Ghouta Neraka Dunia, Satu Kakus Dipakai 300 Orang
Air bersih juga tidak lagi tersedia. Kemarin dewan oposisi Douma mendesak masyarakat internasional ikut campur. Sebab, jika dibiarkan, pasukan Syria dan Rusia akan semakin brutal mengobrak-abrik benteng pertahanan terakhir oposisi itu.
”Karena serangan udara dan darat tidak kunjung berhenti, kami tidak lagi punya kesempatan untuk memakamkan para korban. Kami takut menjadi sasaran berikutnya,” ungkap seorang aktivis oposisi Douma kepada Associated Press.
Kemarin warga terpaksa memakamkan sekitar 70 korban perang secara masal di sebuah taman. Sebab, jarak dari kota sampai pemakaman umum cukup jauh dan berisiko.
Kemarin Jaish Al Islam, salah satu kelompok oposisi bersenjata di Eastern Ghouta, bersepakat dengan militer Rusia soal evakuasi korban.
”Kami berkomunikasi lewat PBB. Pada dasarnya, kami sepakat untuk mengevakuasi mereka yang terluka ke lokasi yang lebih aman,” kata jubir kelompok oposisi tersebut.
Dari Afrin, dikabarkan bahwa warga sipil merancang tameng manusia untuk melindungi kota di perbatasan Syria dan Turki itu dari bentrokan pasukan Turki dan paramiliter Kurdi YPG.
Al Jazeera melaporkan, warga Kurdi berdatangan ke Afrin dan sengaja pasang badan agar dua kubu yang berselisih itu menghentikan serangan.
”Tiap keluarga mengirim empat atau lima orang,” kata Alan Fisher, koresponden Al Jazeera.
Hampir satu bulan digempur terus-terusan dari udara, Eastern Ghouta berubah jadi neraka dunia
- Tuding Kelompok Kurdi, Turki Tangkap 46 Orang Terkait Bom Istanbul
- Presiden Suriah Bashar Assad Menang Pemilihan Lagi
- Masih Dicintai Suriah, Bashar al-Assad Nyaris Sapu Bersih Suara Pilpres
- Presiden Suriah dan Istri Berhasil Mengalahkan COVID-19
- Amerika Kecam Eksekusi Massal Warga Turki di Irak
- Presiden Suriah Sebut Erdogan Tukang Hasut, Ini Penyebabnya?