Gibran Sang Kuda Hitam Debat Cawapres
Oleh: Holy Adib

Hal itu terlihat, antara lain, dari sapaan yang digunakan kepada Mahfud, yaitu Prof. Mahfud, dan Gus Muhaimin.
Sapaan Prof. Mahfud mengandung penghormatan terhadap keilmuan Mahfud, yaitu hukum tata negara.
Sementara itu, sapaan Gus Muhaimin menunjukkan keakraban Gibran dengan Muhaimin dan pengakuan serta penghormatan Gibran terhadap Muhaimin bahwa Muhaimin berasal dari kalangan pesantren dan anak kiai.
Akan berbeda halnya jika Gibran menyapa Mahfud dan Muhaimin dengan sapaan “Pak”, yang terasa formal, kaku, dan tak akrab.
Selain itu, sambil berterima kasih, Gibran menyalami Mahfud dan Muhaimin dengan menunduk untuk, tentu saja, menunjukkan bahwa ia, sebagai orang yang jauh lebih muda, menghormati kedua tokoh senior tersebut dalam pernyataan penutup.
Dalam pernyataan penutup ia juga memuji Mahfud dan Muhaimin dengan mengatakan,
“Saya sangat senang sekali bisa satu panggung dengan orang-orang hebat seperti ini. Senang sekali anak muda bisa bertukar pikiran dengan ketua umum partai dan seorang profesor,” kata Gibran ketika itu.
Hal itu menunjukkan kerendahhatian Gibran sebagai anak muda.
Salah satu yang mendasari prasangka bahwa Gibran tidak mampu berdebat dan tidak berwawasan adalah lantaran dia beberapa kali irit bicara di muka publik.
- Simak Penilaian Gibran tentang Didit Prabowo, Begini
- Lihat yang Dilakukan Gibran saat Mudik ke Solo, Paten!
- Papua dan Ujian Prabowo - Gibran
- Presiden dan Wapres Salat Id Bersama di Masjid Istiqlal
- Evaluasi Semester I Pemerintahan Prabowo – Gibran, Panca Pratama: Publik Merasa Puas
- Survei Trust Indonesia: Ketidakpuasan Terhadap Kinerja Prabowo-Gibran Sangat Tinggi