Gila! 103 Nyawa Melayang Demi Sebuah Pesan untuk Trump

Profesor ilmu politik di Universitas Kabul Najib Mahmood mengatakan, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sudah waktunya tidak ribut sendiri dengan oposisi. Melainkan berfokus pada peningkatan keamanan.
”Pemerintah bisa mengontrol situasi, tapi presiden harus berbagi kekuasaan dengan pihak lain. Dia harus bersatu dengan partai lain untuk memerangi Taliban bersama-sama,” ujar Mahmood kepada kantor berita Reuters.
Afghanistan maupun Amerika Serikat (AS) menuding Pakistan turut andil dalam serangan maut tersebut. Taliban juga menguasai sebagian wilayah Pakistan.
Pemerintah Pakistan langsung menampik tudingan itu. Versi pemerintah Pakistan, mereka tidak bisa berbuat banyak untuk menumpas kelompok teroris di negaranya karena AS telah memotong kucuran bantuan keamanan untuk negaranya.
Taliban di lain pihak menegaskan bahwa serangan mereka adalah pesan bagi Presiden AS Donald Trump dan para pendukungnya.
Tahun lalu Trump mengirimkan lebih banyak pasukan ke Afghanistan dan memerintahkan agar serangan udara ditingkatkan. Selain itu, mereka melatih prajurit Afghanistan untuk menyerang Taliban. (sha/c6/pri)
Jumlah korban tewas akibat bom Taliban di Kabul akhir pekan lalu telah menembus 100 jiwa. Semua demi pesan untuk Donald Trump
Redaktur & Reporter : Adil
- Pemerintah Klaim Utamakan Kepentingan Nasional dalam Negosiasi Dagang dengan AS
- Menko Airlangga Temui Menkeu AS, Bahas Tindak Lanjut Tarif Resiprokal Trump
- Merespons Kebijakan Dagang Trump, Syahganda Nainggolan: Sikap Independen Indonesia Sudah Tepat
- BNPT Sebut FKPT Jadi Garda Depan Pencegahan Terorisme di Daerah
- Pemerintah Klaim Tarif Impor Trump dari AS Tak Ganggu Swasembada Nasional
- Tarif Tarifan