Gilang Endi Meninggal Dunia, Apakah Kampus Masih Butuh Menwa?
jpnn.com, SOLO - Keberadaan resimen mahasiswa atau menwa di berbagai perguruan tinggi, khususnya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, sedang jadi sorotan.
Musababnya ialah meninggalnya mahasiswa UNI Gilang Endi Saputra saat mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan dasar (diklatsar) menwa beberapa waktu lalu.
Banyak pihak menyuarakan pembubaran menwa. Ada dugaan tentang praktik kekerasan di kalangan menwa.
Kepala Staf Komando Nasional Menwa Muhamad Arwani Deni menilai suara-suara itu sebagai hal biasa.
"Saya kira siapa pun berhak menyampaikan aspirasi, bahkan presiden saja diminta mundur kok," katanya setelah mengunjungi Mapolresta Surakarta, Kamis (28/10).
Namun, Deni mengharapkan proses hukum atas kasus kematian Gilang bisa segera dituntaskan. Alasannya, yang terseret kasus itu juga para menwa yang masih aktif sebagai mahasiswa.
"Jika cepat selesai mereka bisa kuliah dengan tenang lagi," papar Deni.
Bagaimana dengan anggapan soal menwa identik dengan kekerasan? Deni mengeklaim menwa saat ini sudah tidak menitikberatkan pendidikan ala militer seperti dahulu.
Suara-suara tentang pembubaran menwa muncul pasca-kematian Gilang Endi, mahasiswa UNS yang mengikuti Diklatsar Menwa.
- Dirjen Dukcapil Kemendagri Bahas Tantangan Revolusi Industri 4.0 dalam Kuliah Umum UNS
- Hamdalah, UKT dan IPI di Kampus ini Tak Naik
- bjbPreneur on Campus Jadi Ajang Kolaborasi Pelaku Usaha dan Akademisi
- Kemenko Perekonomian Ajak Perguruan Tinggi Dukung Aksesi Indonesia jadi Anggota OECD
- Kisah Nyata Sarjana Pendidikan Tidak Ikut Wisuda demi PPG Prajabatan
- Kolaborasi Mahasiswa UNS: Putusan MK Hanya Menjadi Karpet Merah Untuk Gibran