Giliran Pimpin Doa Disabot, PDIP Protes
Selasa, 31 Agustus 2010 – 06:58 WIB
"Jadi, seolah-olah dikonstruksi kader PDIP tidak bisa memimpin doa. Image building-nya jelek sekali," kritik ibu dua anak kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 8 Oktober 1965, itu. Menurut Eva, pengambil keputusan di DPR seharusnya konsisten terhadap sistem proporsionalitas berbasis perolehan kursi. Berdasar urut kacang, tegasnya, PDIP yang seharusnya mendapatkan giliran (memimpin doa). "Nggak fair ini. Saya malah kasihan PKS, seolah-olah disuruh doa thok (saja, Red)," ujarnya.
Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, persoalan itu hanya teknis. Dia menyebut, dalam sidang paripurna yang dia pimpin, kader PDIP Indah Kurnia sudah diberi kesempatan untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya. "Mungkin (giliran membaca doa, Red) diberikan pada sidang berikutnya," terang Marzuki. (pri/c3/tof)
JAKARTA - Giliran memimpin doa dalam sidang paripurna di DPR ternyata bisa menjadi persoalan bernuansa politis. Itulah yang terjadi dalam sidang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Pakar Prediksi Putaran Kedua Pilgub Jakarta Bakal Sengit
- Jika Pilkada Jakarta 2 Putaran, RK-Suswono Berpeluang Menang
- Pramono Mendeklarasikan Kemenangan, Tim RIDO Bilang Tak Resmi
- Anomali di Pilkada Banten, Airin Sudah Memenangkan Prabowo, Tetapi Dikerjai Parcok
- ASR-Hugua Unggul di Pilgub Sultra versi Quick Count Charta Politika
- Partisipasi Pilgub Jakarta Rendah, Arief Rosyid Ungkap Penyebab Pemilih Muda Pilih Golput