God Bless, Bikin Saya Hidup Kembali
jpnn.com - MUSIKUKUREN: Panggung Sandiwara God Bless berlangsung heboh, Jumat (7/8) malam di Ciputra Artpreuner Theater, Kuningan, Jakarta Selatan. Di antara penonton konser, hadir musisi ternama yakni Setiawan Djodi.
Kehadiran gitaris band besar Kantata Takwa ini sontak membuat banyak pertanyaan dalam konser living legend God Bless. Setiawan Djodi, cucu dari pahlawan nasional Dr. Wahidin Sudirohusodo itu datang konser sudah berlangsung beberapa menit. Dia datang sekitar pukul 21.00 WIB.
"God Bless, bikin saya hidup kembali," kata Djodi, 66, ketika dihampiri JPNN.com sebelum naik ke lantai 12, Ciputra Artpreuner Theater, tempat konser berlangsung.
Tak banyak basa-basi, musisi sekaligus pengusaha berkaca mata itu hanya bicara band yang digawangi Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Abadi Soesman itu membuatnya hidup kembali.
Akhirnya, penjelasan Djodi berlanjut saat sebuah rekaman video testimonial diputar pada big screen panggung God Bless. Tepatnya, kala break Djody, dipilih sebagai salah satu komentator God Bless.
"God Bless dari dulu saya suka. Iyek, memang kuat dia, Ian Antono luar biasa. Saya suka Semut Hitam, masih bisa enggak mereka bawain?" kata Djody dalam video testimoni God Bless.
Pertanyaan Djodi turut terjawab, lagu kesukaannya itu dibawakan God Bless sebagai lagu ke-17 dalam konser mewah tadi malam. Total, God Bless membawakan 19 lagu, dan mengakhirinya dengan Panggung Sandiwara. (mg3/jpnn)
MUSIKUKUREN: Panggung Sandiwara God Bless berlangsung heboh, Jumat (7/8) malam di Ciputra Artpreuner Theater, Kuningan, Jakarta Selatan. Di antara
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Asri Welas dan Galiech Ridha Resmi Bercerai
- Ditanya Soal Ruben Onsu, Desy Ratnasari Malu-Malu
- Dipanggil Soal Video Kebakaran Los Angeles, Uya Kuya Siap Beri Penjelasan ke MKD
- Terlihat Makin Kurus, Isa Bajaj Bantah Punya Masalah Kesehatan
- Happy Salma Akan Gelar Pementasan Monolog di Peringatan 100 Tahun Pramoedya
- Ahmad Muzani Dukung Dangdut Didaftarkan jadi Warisan Tak Benda Asli Indonesia ke UNESCO