God Bless

Oleh: Dahlan Iskan

God Bless
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Belum punya gedung konser yang besar. Istora Senayan ini sangat tidak memenuhi syarat. Akustiknya jelek sekali, padahal malam itu God Bless diiringi orkestra Tohpati.

Betapa sangat mengagumkan bila digelar di gedung konser yang bener.

Memang sudah ada gedung pertunjukan dengan akustik nyaris sempurna. Milik swasta: Ciputra. Di Casablanka. Namun, kapasitasnya hanya 1.000 orang.

Ada yang lebih besar. Di Kemayoran, tetapi itu gereja. Atau ada yang sedikit lebih besar di Sentul. Pun kurang besar untuk ukuran konser massal yang serius.

Kesenian-kebudayaan memang dikalahkan oleh politik dan olahraga. Maka sosok Ahmad Albar terasa lebih besar dari Istora.

God Bless sendiri seperti lahir dari gedung kesenian: Taman Ismail Marzuki. Penampilan pertamanya dilakukan di pusat kesenian di Jalan Cikini Raya Jakarta itu. Tanggal 5 Mei 1973. Saat Albar sudah berumur 27 tahun.

Siapa pun sepakat bahwa penampilan di TIM itu sangat sukses. Fenomenal. Nama Albar melambung. Melejit. Meroket.

Saat itu Albar memang punya rasa percaya diri yang besar. Tidak dimiliki pemusik lain di dalam negeri.

Melihat konser God Bless kemarin malam saya mengingat-ingat: sudah adakah buku yang terbit tentang Ahmad Albar. Seingat saya belum ada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News