Golkar akan Jaring Caleg Merakyat
jpnn.com - JAKARTA- Partai Golkar menginginkan partainya lebih merakyat. Karena itu, dalam penentuan calon legislatifnya menerapkan sistem perolehan suara terbanyak. ‘’Dengan demikian, wakil yang terpilih adalah figur-figur yang lebih dekat dengan rakyat. Dengan demikian, mereka bisa lebih bertanggung jawab terhadap konstituennya,’’ kata Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla, di kantor wakil Presiden Jakarta, Jumat (15/8).
Jadi, lanjut Kalla, dipilihnya sistem suara terbanyak itu bertujuan agar wakil rakyat dari Partai Golkar lebih dekat kepada rakyat. ‘’Bukan lebih dekat kepada ketua umumnya. Sehingga, selain mereka harus bertanggung jawab terhadap partai, mereka juga harus bertanggung jawab kepada pemilihnya,’’ Kalla menjelaskan.
Dipilihnya sistem suara terbanyak ini memang sempat mengagetkan banyak pihak. Pasalnya, partai Golkar dalam pembahasan revisi UU Pemilu ngotot menerapkan sistem nomor urut. Menurut Jusuf Kalla dengan penerapan sistem suara terbanyak ini maka pada caleg akan dipaksa untuk terus menerus melakukan pendekatan dan turun ke konstituennya.
Menurut Kalla, mekanisme suara terbanyak tidak akan melanggar pasal 214 UU Pemilu, dimana penetapan caleg terpilih ditentukan dengan nomer urut. ‘’Tidak, karena di Partai Golkar akan diatur dengan mekanisme pengunduran diri,’’ jelasnya.
‘’Cara ini sudah sesuai dengan UU, karena dalam Undang-undang disebutkan seseorang tidak dilantik sebagai legislatif karena, pertama meninggal dunia, dan kedua mengundurkan diri. Jadi jalur mengundurkan diri yang kita pakai,’’ tandasnya.
Yang pasti, lanjut Wapres, dengan diberlakukannya sistem suara terbanyak akan lebih efektif. Karena, wakil rakyat akan selalu aktif mendekati konstituennya, kalau tidak begitu lima tahun ke depan ia tidak akan terpilih lagi. (aj/JPNN)
Lantas bagaimana dengan keberatan caleg perempuan ? Ketua Umum Partai Golkar ini menegaskan, tidak ada perlakuan khusus bagi caleg perempuan. Karena itu, caleg perempuan tetap harus berjuang keras seperti juga caleg lelaki. ‘’Caleg perempuan tidak perlu takut dengan sistem ini. Sebab, menurut pengalaman, caleg perempuan justru paling mudah dikenal masyarakat dibandingkan pria,’’ Kalla menandaskan.
Kalla mencontohkan, pada pemilu 2004 Nurul Arifin mendapatkan suara terbanyak. ‘’Tetapi karena waktu itu menggunakan sistem nomer urut, ia tidak terpilih,’’ ujarnya. Ketika itu, meski mendapatkan suara terbanyak, Nurul Airfin tidak terpilih karena berada di urutan ke tiga. Sementara Golkar di dapil itu hanya mendapatkan dua kursi saja. (aj/JPNN)
JAKARTA- Partai Golkar menginginkan partainya lebih merakyat. Karena itu, dalam penentuan calon legislatifnya menerapkan sistem perolehan suara
- Menyikapi Pernyataan Effendi, Guntur Romli Yakin Status Tersangka Hasto Sebagai Orderan Politik
- Indonesia Jadi Anggota BRICS, Marwan Cik Asan: Ini Langkah Strategis!
- Sultan Sebut Sawit Bisa Jadi Modal Soft Power Indonesia Dalam Geopolitik Global
- Agenda HUT PDIP Tidak Mundur Meski Hasto Menghadapi Persoalan di KPK
- Jumlah Anggota Koalisi Parpol di Pilpres Perlu Diatur Mencegah Dominasi
- Proses Penetapan Tidak Transparan, Dekot Se-Jakarta Ajukan Gugatan ke PTUN