Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?

Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?
Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?
JK berhasil masuk ke DPP, setelah didahului pemunculan kelompok pembaruan di Golkar, yakni Fahmi Idris, Burhanudin Napitupulu, Priyo Budi Santoso dan lain-lain, yang mendukung JK tampil mendampingi SBY dalam pasangan Capres-Cawapres.

Beberapa tokoh yang masuk di jajaran Dewan Penasehat, seperti Prabowo Subianto, yang membentuk partai baru, Gerindra. Wiranto, capres Golkar pada Pilpres 2009 membentuk Partai Hanura.

Srisultan tetap saja di Golkar, meskipun telah mendeklarasikan diri sebagai capres. Masih ada tokoh muda,  Yudi Krisnandi, mantan ketua tim sukses Agung Laksono di Munaslub Denpasar 2004, tapi kini  bergabung dalam Dewan Integritas Bangsa sebagai capres independen bersama Marwah Daud dan Rizal Ramli.

Akbar memang berbeda. Dia tak meninggalkan Golkar meski tidak masuk di dalam struktur organisasi, walaupun terbukti bahwa partai itu berjaya saat ia menjadi ketua umum. Ia pertahankan Partai Golkar pada situasi krisis, ketikan Golkar dicemooh, kantor-kantor dirusak, dan dibakar.

IKLAN Partai Golkar bersatu yang rancak di televisi membenarkan bahwa perception is more important than reality (Persepsi lebih penting ketimbang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News