Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?

Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?
Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?
Fakta berbicara bahwa di bawah kepemimpinan Akbar, partai itu meraih posisi nomor dua pada Pemilu 1999. Bahkan, nomor wahid pada Pemilu 2004. Uniknya, Jusuf Kalla menyetujui Surya Paloh dalam dewan penasihat padahal belum pernah memegang DPP Golkar.

Akbar, mantan Ketua DPR itu tetap loyal kepada Golkar. Ia tidak mau dicalonkan jadi presiden dari parpol lain. Tawaran Partai Bintang Reformasi (PBR) maupun Partai Pemuda Indonesia (PPI) masih dianggapnya angin lalu. Akbar masih fokus di Golkar.

Masalahnya, punya peluangkah Akbar terpilih menjadi capres Golkar dalam Pilpres 2009? Terlalu dini menjawabnya.

                                      oOOoo

Fenomena Golkar yang memunculkan faksi-faksi, istilah yang lebih santun, seperti juga pada pra dan paska Munaslub Denpasar 2004, tampaknya membayang-bayangi lagi pada 2009 ini. Sebutlah, faksi JK, Srisultan, Akbar dan mungkin Surya Paloh yang dapat berkembang secara dinamis.

Tarung internal pun terbuka ketika ketua umum Partai Golkar Jusuf Kalla menyetujui keinginan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I agar Partai Golkar mengusung Capres sendiri dalam pertemuan tertutup di rumah dinas JK dengan 33 DPD I, Kamis, (19/2) lalu. “Karena semua daerah setuju, DPP mau tak mau ikut," tutur Ketua DPD Jawa Barat, Uu Rukmana pada detikcom.

IKLAN Partai Golkar bersatu yang rancak di televisi membenarkan bahwa perception is more important than reality (Persepsi lebih penting ketimbang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News