Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?

Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?
Golkar Bersatu dan Demokratis, Persepsi atau Realitas?
Jika perpecahan bisa membuyarkan harapan, maka Golkar bersatu menjadi stretegis. Bukan cuma dalam persepsi yang dibangun melalui iklan di televisi, tapi konkrit dan riil dalam kenyataan. Bukan perception itself is a reality. Tetapi reality itself is a perception.

Misalkan, kemungkinan resistensi dan perpecahan hanya bagai riak-riak “topan dalam gelas”, tetapi jika penjaringan capres-cawapres tidak teruji secara demokratis, dan hanya berdasarkan aspirasi elit DPD II, DPD I dan DPP, diprediksi kurang bergelora, sehingga antusiasme politik yang bergairah dan dinamis tak tercipta.

Padahal, dengan kancah keterbukaan itu membuat Golkar bersatu all in, sehingga yang kalah bisa menerima dengan legowo dan yang menang tak jumawa pula. Golkar bebas untuk memilih system seperti apapun, sebebas pemilih untuk menentukan pilihannya. Pada dua “kebebasan” yang tarik menarik itulah, Golkar diuji untuk menentukan langkah yang strategis.**

  

IKLAN Partai Golkar bersatu yang rancak di televisi membenarkan bahwa perception is more important than reality (Persepsi lebih penting ketimbang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News