Golkar Juga Minta Jatah Mengkritik Pemerintah
Rabu, 15 Juli 2009 – 08:40 WIB

Golkar Juga Minta Jatah Mengkritik Pemerintah
JAKARTA - Partai Golkar semakin memperlihatkan keinginan untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan SBY-Boediono nanti. Namun, partai berlambang beringin itu memasang syarat khusus kepada SBY. Apa itu? Golkar ingin bila berkoalisi nanti, harus tetap diberi ruang untuk mengkritik pemerintahan. "Tentu kita akan mengajukan syarat untuk disepakati bersama. Kesepakatan tersebut intinya memberikan ruang lebih besar bagi Golkar untuk tetap bisa memberikan kritik," kata Wakil Ketua DPP Partai Golkar Agung Laksono saat ditemui di kantornya di kompleks gedung DPR kemarin (14/7). Namun, kata Agung, sikap resmi Golkar baru akan ditentukan dalam musyawarah nasional (munas). Jika berjalan sesuai rencana, forum tertinggi di Golkar itu akan dilaksanakan pertengahan Oktober, sesaat sebelum penyusunan kabinet.
Agung mengakui, oposisi bukan pilihan partainya. Sebab, selama ini Golkar terbiasa di pemerintahan. Namun, hal itu tidak lantas membuat mereka tak bisa mengkritik. "Secara kultural, Golkar melakukan kritik terhadap pemerintah dari dalam. Apalagi, fungsi utama partai adalah fungsi penyeimbang dan pengawasan," katanya.
Baca Juga:
Apakah dorongan merapat ke pemerintahan karena jatah kursi di kabinet? Agung menampik anggapan tersebut. Menurut dia, keputusan untuk mendukung pemerintahan terkait dengan peran strategis yang harus diambil Golkar. "Tidak ada hubungannya, menteri bergantung presiden," katanya.
Baca Juga:
JAKARTA - Partai Golkar semakin memperlihatkan keinginan untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan SBY-Boediono nanti. Namun, partai berlambang
BERITA TERKAIT
- Rapat di DPR, Imparsial Kecam Pengangkatan Mayor Teddy Jadi Seskab
- Gubernur Sulteng Anwar Hafid Minta OPD Gerak Cepat
- Melchias Mekeng DPR: Pupuk Bersubsidi Harus Dijual Langsung di Desa
- Berkaca dari Kasus PT Sritex, Pemerintah Diminta Perhatikan Industri Padat Karya
- KontraS Minta DPR Menghentikan Pembahasan Revisi UU TNI
- Perintah Bu Mega, Kepala Daerah dari PDIP yang Belum Retret Ikut Gelombang Kedua