Golkar Pionir Tinggal Sejarah
Jumat, 17 Juli 2009 – 20:42 WIB
Jika aspirasi dan inspirasi itu dominan di Golkar, maka satu-satunya jalan adalah tak perlu merapat ke SBY-Boediono. Tak perlu juga menjadi partai oposisi, cap yang melekat pada PDIP. Mengapa Golkar tidak tampil saja sebagai partai independen? Mengkritik pemerintah tak sekedar waton suloyo, mendukung kebijakan pemerintah pun bukan dengan cara tanpa reserve.
Lima atau 10 tahun ke depan, Golkar berbenah. Konsolidasi yang simultan baik keanggotaan, kader, organisasi, dana baik kuantitas dan kualitas. Agaknya, hasilnya kelak bisa dipanen, karena bukankah siapa yang menanam akan menuai? Tak perlu menjadi parasit dan benalu di pohon partai lain yang berkuasa.
Jika SBY-Boediono terus "melanjutkan" apa yang dilakukan lima tahun terakhir ini, maka sejarah akan menjawab, apa kelak produk akhirnya. Satu dasawarsa, 2004-2014, akan menunjukkan apakah "perekonomian jalan tengah" akan sukses atau bagaimana, atau menuju dilema jalan buntu atau malah bagaikan metafor memadukan duren dan mentimun?
Barangkali, pada masa-masa itulah, Golkar yang sudah berkonsolidasi akan tampil dengan kepionirannya di bidang perekonomian, seperti pernah sangat mensejarah di awal Orde Baru. Dengan catatan, tentu saja kesalahan dasawarsa-dasawarsa berikutnya dari Orde Baru tak lagi terulang.