Google Akhiri Jadi Mesin Pencari Tunggal di Ponsel Android

Semua ini berarti bahwa pilihan Google yang ditampilkan kepada pengguna tidak harus mencerminkan popularitas mesin pencari di negara itu.
Ketika Google mengumumkan sistem lelang Agustus lalu, penyedia pencarian saingan tidak senang. Eric Leandri, CEO mesin pencari yang berfokus pada privasi Qwant, mengatakan itu adalah "total penyalahgunaan posisi dominan [Google]" untuk "meminta uang tunai hanya untuk menunjukkan proposal alternatif."
Gabriel Weinberg, CEO DuckDuckGo, mengatakan sistem lelang ini menempatkan "Google akan mendapat untung dengan mengorbankan kompetisi."
Pemilik mesin pencari Ecosia bahkan memboikot lelang. Dalam sebuah pernyataan pers, CEO dan pendiri Ecosia, Christian Kroll, mengatakan keputusan Google "bertentangan dengan semangat keputusan Komisi Uni Eropa Juli 2018".
Kroll mengatakan Ecosia akan meningkatkan kekhawatirannya "atas perilaku monopolistik Google dengan legislator Uni Eropa", demikian mengutip The Verge, Jumat.
Rusia sendiri sudah menegur Google sejak 2017 lalu, terkait kontrol Google pada produsen ponsel berbasis Android dalam mengubah mesin pencari default apa saja kecuali Google. (ant/mg8/jpnn)
VIDEO: Klarifikasi Lengkap Siwi Sidi Pramugari Garuda
Google akhirnya tunduk pada regulator Uni Eropa (UE), menyediakan mesin pencari alternatif bagi pengguna Android di UE.
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha
- SPC dan Google for Education Meluncurkan Classroom of the Future, Apa Itu?
- Sambut Mudik 2025, Google Maps Rilis Fitur Baru Soal Informasi KRL
- Google Search Menghadirkan Fitur Eksperimental AI Mode
- Google Menghadirkan Fitur Baru di Gemini, Simak Nih!
- Efisiensi Anggaran, Legislator PKB Usul Gedung DPR di Jakarta, Tak Pindah ke IKN
- Google Bersiap Merilis YouTube Premium Lite