Google Glass Ditolak tapi Tetap Dijual US$ 1.500
jpnn.com - Sebuah survei menyimpulkan bahwa mayaritas warga Amerika Serikat menolak Google Glass. Alasan utama dari penolakan ini karena kaca mata pintar tersebut akan mengganggu privasi seseorang.
Laman CNET melansir hasil survei yang dilakukan Toluna, sebuah perusahaan periset pasar yang menyebutkan 72 persen responden tidak mengingikan keberadaan Google Glass. Mereka khawatir karena pemilik kaca mata pintar ini bisa dijadikan alat peretas mengakses data dan informasi pribadi, termasuk informasi lokasi.
Selain menjadi peretas, alasan keamanan juga menjadi perhatian dan kekhawatiran menjadi sasaran perampokan.
Fitur pada Google Glass yang paling ditentang adalah kamera kecil. Kamera ini bisa merekam video 720p atau snap foto-foto.
Orang yang menjadi obyek tak sadar karena tidak ada lampu indikator yang menunjukkan kamera aktif. Dengan begitu, pemilik Google Glass bisa semaunya merekam seseorang tanpa mempertimbangka privasi.
Meskipun mendapat penolakan, Google Glass tetap akan dipasarkan. Penjualan perdana akan digelar Selasa (15/4) waktu New York, Amerika Serikat dalam sehari. Namun peminat yang dilayani hanya mereka yang mendaftar secara online.
Google melepas dengan harga US$ 1.500 atau sekitar Rp 18 juta. "Kami membolehkan siapa pun di AS untuk menjadi seorang Explorer dengan membeli Glass," demikian penjelasan perusahaan yang diposting di laman Google, Kamis (10/4).(awa/jpnn)
Sebuah survei menyimpulkan bahwa mayaritas warga Amerika Serikat menolak Google Glass. Alasan utama dari penolakan ini karena kaca mata pintar tersebut
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Apple Ingin Bangun Pabrik di Batam, Tetapi iPhone 16 Belum Bisa Dijual di RI
- Oppo Reno13 Bakal Meluncur di Indonesia, Bisa Memotret Gambar di Bawah Air
- HONOR Resmi Mengumumkan Kembali ke Pasar Gadget Indonesia
- Qualcomm Klaim Chip Snapdragon X Series Tawarkan Performa Tinggi untuk Laptop Terbaru
- Kemenperin & Apple Lakukan Pertemuan, Bahas soal TKDN untuk iPhone 16, Bisa Dijual?
- Menperin Agus: Bos Apple Masih Melakukan Negosiasi