Granat Meledak Dekat Rumah Ketua MA
Rabu, 17 Maret 2010 – 04:21 WIB
Menanggapi tekanan tiada henti DAAD tersebut, Abhisit tetap teguh dengan sikapnya untuk tidak membubarkan parlemen. Keputusan itu, lanjutnya, diambil setelah berkonsultasi dengan para pemimpin partai koalisi. "Pemerintahan ini dibentuk dan didukung oleh mayoritas anggota parlemen sesuai dengan konstitusi layaknya dua kabinet sebelumnya," jelasnya.
Baca Juga:
Abhisit menambahkan, pemerintah harus mendengarkan aspirasi seluruh rakyat Thailand. Tidak hanya tuntutan para demonstran. "Pembubaran parlemen dan percepatan pemilu tidak akan menyelesaikan konflik politik yang tengah terjadi," tegas politikus lulusan Universitas Oxford Inggris yang selama beberapa hari terakhir berlindung di markas militer tersebut.
Selain dukungan kuat militer, yang membuat Abhisit percaya diri untuk tidak tuntuk kepada tuntutan demonstran adalah tanda-tanda perpecahan di kalangan DAAD. Aksi sejuta darah ini, misalnya, ditolak ahli strategi militer yang pro-Thaksin, Mayor Jenderal Kattiya Sawasdipol.
Menurut Jenderal Kattiya, aksi tersebut justru akan kontrapoduktif. "Ini tindakan bodoh. Bagaimana anda bisa meminta darah kepada para demonstran untuk hal yang tidak penting (dibuang, Red). Taktik ini tidak akan berhasil," jelasnya.
BANGKOK-Gagal mendesak Perdana Menteri (PM) Thailand Abhisit Vejjajiva membubarkan parlemen, massa "Kaus Merah" alias para pendukung Thaksin
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer