Gubernur BI Sebut 2 Hal Ini Jadi Tantangan Perkembangan Ekonomi Syariah
jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai keterbatasan akses pembiayaan komersial maupun sosial menjadi salah satu tantangan ekonomi syariah di Indonesia.
Hal itu disampaikan Perry dalam The 6th Annual Islamic Finance Conference yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (24/8).
Menurut Perry, tantangan lainnya, yakni akses pasar yang terbatas, khususnya ke pasar ritel modern dan pasar global, hubungan yang terbatas dengan perusahaan besar termasuk perusahaan perdagangan, serta pemenuhan standardisasi termasuk pada produk dan sertifikasi halal.
"Kita perlu bersama-sama meningkatkan peran ekonomi syariah khususnya UMKM, termasuk pondok pesantren, dalam menghadapi tantangan ini," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.
Berdasarkan pengalaman BI, untuk mengatasi keterbatasan akses pembiayaan pada ekonomi syariah, model keuangan Islami perlu dikembangkan melalui perpaduan pembiayaan sosial dan keuangan komersial.
Adapun pembiayaan sosial meliputi zakat, infak, sedekah, dan wakaf, sementara pembiayaan komersial berupa pembiayaan dari perbankan maupun sektor keuangan.
BI menilai skema pembiayaan campuran antara sosial dan komersial sangat menjanjikan, karena biayanya akan lebih efisien dan menguntungkan akibat suku bunganya lebih murah dibandingkan pembiayaan yang hanya berasal dari perbankan konvensional saja.
"Maka dari itu skema pembiayaan campuran ini sangat penting dalam menghadapi tantangan ekonomi syariah di dalam negeri," tegas Perry Warjiyo.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan tantangan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia
- Program TEKAD Berdampak Signifikan Bagi Peningkatan Pendapatan Keluarga
- Resmi Hadir, Penabulu Shop Punya Visi Sosial Berkelanjutan
- Aliran CSR BI Mengalir ke Yayasan, KPK Sebut Nilainya Cukup Besar
- Pelindo Dorong Sekolah Ramah Lingkungan lewat Program Adiwiyata
- Top 20 Finalis Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2024 Siap Uji Karya di Tahap Akhir
- Jamkrindo Beri Mesin Kopi kepada Kelompok Petani di Kintamani