Gubernur Sultra Dituding Lecehkan Budaya Buton
Rabu, 11 Mei 2011 – 12:44 WIB
KENDARI - Ajang HUT Sultra yang dilaksanakan di Kota Bau-Bau kini menimbulkan kontroversi dari sejumlah pihak. Hal itu menyangkut masalah budaya kesultanan Buton yang dituding dilecehkan oleh pejabat Sultra, Nur Alam, SE, dan Wali Kota Bau-Bau Amirul Tamim. "Kami hanya ingin menjaga warisan budaya dan tradisi. Tindakan ini murni untuk menjaga adat dan budaya yang sudah lama kita jaga. Berdirinya para pejabat saat ini atas dukungan dan partisipasi masyarakat Buton, tapi kini mereka sudah melecehkan budayanya sendiri," ujarnya.
Itu terjadi saat perayaan HUT Sultra di Bau-Bau beberapa waktu lalu. Para pemerhati Buton yang merasa tidak terima dengan hal itu mendatangi Kantor DPRD Sultra kemarin. Salah satu pembicara, Irianto Ibrahim, mengatakan pelecehan itu meliputi dua hal. Pertama, baliho yang terpajang di HUT Sultra (foto Nur Alam dan Amirul Tamim) mengenakan baju jubah Sultan Buton. Kedua, pada tanggal 22 April di Masjid Keraton Buton pada saat solat jumat Nur Alam dipersilahkan duduk oleh protokoler di kursi Sultan. Yang lebih memprihatinkan lagi, saat itu Nur Alam hanya mengenakan kaos dan celana jeans.
Versi irianto Ibrahim, perbuatan tersebut merupakan pelecehan budaya. Karena sejak berakhirnya Kerajaan Buton pada tahun 1960 tak ada lagi yang menggantikan atau pun menempati kursi Sultan Buton. Ia sangat menyayangkan, adat dan budaya yang sudah lama dijaga justru dilanggar oleh warga Buton sendiri.
Baca Juga:
KENDARI - Ajang HUT Sultra yang dilaksanakan di Kota Bau-Bau kini menimbulkan kontroversi dari sejumlah pihak. Hal itu menyangkut masalah budaya
BERITA TERKAIT
- Natal 2024, Uskup Keuskupan Bandung Ajak Umat Jaga Persahabatan & Perdamaian
- Kakek di Musi Rawas Meninggal Dunia Diduga Jatuh dari Pohon Durian
- Polisi: Tak Ada Bayi Tertukar di RSI Jakarta Cempaka Putih
- Pemkot Bogor Didorong Maksimalkan Pendapatan Pajak Daerah
- Belasan Warga Bantargadung Sukabumi Diduga Keracunan Seusai Menyantap Jamur
- Sekda Batanghari Tersangka Penipuan, Begini Kasusnya