Gunung Nuh
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - SESAMA mantan sesuatu, yang saya masih sering bertemu adalah Pak Nuh.
Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh DEA.
Itu karena beliau adalah orang Surabaya. Juga karena beliau aktivis agama. Aktivis kampus pula.
Sejak tahun lalu beliau kami daulat untuk menjadi ketua Dewan Pers –lembaga tertinggi di bidang persuratkabaran. Termasuk di dalamnya: surat kabar elektronik.
Saya tahu rumah asli Pak Nuh di kampung Gunung Anyar. Dulu kampung itu di luar Kota Surabaya. Sekarang pun masih di luar kota tapi sudah agak masuk ke dalam.
Saya tahu Gunung Anyar. Saya pernah membeli tanah kavelingan secara mencicil di situ. Dari gaji sebagai wartawan junior di majalah Tempo.
Cicilan itu saya percepat dengan hidup lebih berhemat. Istri saya adalah wanita yang sangat menerima diajak hidup sederhana.
Periode setelah itu adalah tahun-tahun yang amat sibuk. Saya tidak mikir apa pun kecuali memajukan perusahaan yang saya pimpin.