Gunung Nuh
Oleh Dahlan Iskan
Tanah kaveling di Gunung Anyar itu pun terlupakan. Hilang sampai sekarang. Juga karena tidak pernah kami cari.
Saya suka melupakan apa pun yang hilang. Biarpun itu saham.
Saya tahu Gunung Anyar. Namun tidak pernah ke Gunung Anyar. Waktu membeli kaveling itu saya percaya saja pada gambar yang digaris-garis hitam itu.
Baru ketika bertemu Pak Nuh kemarin saya tahu bahwa di Gunung Anyar itu ternyata ada gunungnya. Dan gunung itu benar-benar anyar (baru). Yang terbentuk dari munculnya lumpur secara tiba-tiba. Dalam jumlah banyak. Mirip yang terjadi di Lapindo, sekitar 20 kilometer di selatan Gunung Anyar.
Gunung di Gunung Anyar itu memang tidak kelihatan gunung. Gunung anyar itu tingginya tidak melebihi rumah dua lantai. Namun karena di situ dulunya persawahan maka gundukan tanah itu sudah disebut gunung.
Pak Nuh lahir di dekat gunung anyar itu. Waktu Pak Nuh masih kecil ternyata juga banyak sumur angguk di Gunung Anyar.
Juga di sepanjang jalan menuju Wonokromo. Berarti dulunya banyak ladang minyak di situ. Yang kemudian disuling di Wonokromo.
Semua itu kini tinggal sejarah. Namun anak yang lahir di Gunung Anyar itu sampai kini masih terus bikin sejarah. Pak Nuh itu.