Guru Chat Box

Oleh Dahlan Iskan

Guru Chat Box
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Dari tulisan itu, saya menjadi tahu salah satu perbedaan mengajar online di Indonesia dan di Amerika. Yakni, disediakannya chat box. Yang bisa dimanfaatkan para murid untuk berkomunikasi sesama teman satu kelas.

Guru juga tidak terlalu dominan menjejalkan pelajaran. Terlihat guru memberikan peluang lebih banyak bagi siswa untuk memperlihatkan kemampuan mereka.

Dari chat box itu, sang guru juga bisa tahu keinginan siswa. Misalnya tiba-tiba, di chat box itu, muncul gambar McDonald's. Sang guru harus paham bahwa jam belajar harus dihentikan sebentar: untuk makan.

Bukan hanya itu. Gambar yang tiba-tiba muncul di chat box itu bukan sembarang burger McDonald's, tetapi jenis Travis Scott.

Sang guru memanfaatkan momentum itu untuk meneruskan mengajarnya. ”Apa yang kalian tahu tentang Travis Scott?” tanya sang guru.

Para siswa ternyata sangat antusias menjawab pertanyaan tersebut. Mereka lupa 'tuntutan' berhenti belajar untuk makan.

”Travis Scott itu gila,” ujar siswa di chat box-nya. Ternyata sekarang ini orang datang ke McDonald's tidak perlu lagi berkata ingin beli apa.

Begitu membuka kaca jendela mobil, mereka tinggal berkata: Anda tahu apa yang saya inginkan. Tidak ada lagi komunikasi lanjutan. Artinya, mereka memesan Travis Scott.

Saya membayangkan betapa sulit menjadi guru di era online sekarang ini. Yang kelihatannya masih akan berlanjut. Setidaknya enam bulan ke depan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News