Guru di Perbatasan, 6 Bulan Hanya Digaji Rp500 Ribu
Selasa, 10 Juli 2012 – 00:02 WIB
Tapi yang dikeluhkan hingga saat ini, ternyata bukanlah menunut kenaikan gaji, tetapi Susana justru meminta kepada pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat untuk membangun perpustakaan di sekolah tempatnya mengajar. Selama 7 tahun mengajar, sekolah itu tidak pernah memiliki perpustakaan. Terlebih, selama ini yang memiliki buku pelajaran adalah para guru.
“Anak-anak didik saya tidak punya buku. Buku dari mana? Tidak pernah ada kiriman buku pelajaran untuk anak-anak di sekolah saya. Jadi, yang pegang buku hanya guru, yang kemudian dibacakan atau didikte kemudian anak-anak mencatatnya,” keluhnya.
Menurutnya, hanya itu yang ia harapkan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah jika memang pemerintah peduli akan nasib pendidikan di wilayah perbatasan. “Puji Tuhan, mulai awal tahun 2012 kemarin, saya memang sudah mendapatkan gaji Rp 3 juta untuk 3 bulan. Maka itu, saya hanya meminta buku untuk anak-anak didik saya supaya mereka bisa belajar dengan lebih baik,” imbuhnya.
Susana juga merasa sangat bangga bisa terpilih untuk berangkat ke Jakarta bersama 20 guru lainnya dari wilayah perbatasan, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
JANJI pemerintah pusat untuk memberikan tunjangan khusus kepada para guru yang mengajar di daerah perbatasan, pedalaman, atau pun daerah tertinggal,
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara