Guru Honorer Wamena Ogah Kembali ke Kampung Halaman

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pengungsi dari Wamena yang sementara ini ditampung oleh kerabat mereka di Timika mengaku masih trauma dengan kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9) di ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Ani Safsafubun, salah seorang pengungsi Wamena mengatakan seluruh aset keluarganya berupa ruko tempat jualan sekaligus rumah tinggal yang terletak di Pasar Misi atau Pasar Woma semuanya sudah ludes dibakar massa perusuh.
"Ruko saya semuanya habis. Sekarang kami mau pulang ke Tual (Maluku Tenggara). Kami tidak mau kembali ke Wamena karena trauma dengan kejadian itu," kata Ani.
Ani bersama suaminya, Chandra Letsoin bekerja sebagai guru honorer di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Yahukimo. Namun, selama ini mereka membangun usaha dan tempat tinggal di Wamena.
Saat ini Ani bersama keluarganya menunggu jadwal pelayaran kapal PT Pelni dari Timika menuju Tual.
Dia mengisahkan pada Senin (23/9) pagi saat pecah kerusuhan di Wamena, dia sedang berada di rumah kerabatnya yang terletak di belakang Kantor Bupati Jayawijaya.
Rumah kerabatnya itu, katanya, berdekatan dengan Lembaga Pendidikan Yapis Wamena.
"Tiba-tiba datang sekelompok pelajar dari luar ke SMA Yapis memaksa siswa di sekolah itu untuk ikut demo. Para siswa ketakutan, ada yang melompat dari lantai dua. Melihat situasi itu, saya memutuskan pulang ke rumah di Pasar Misi," tuturnya.
Keluarga guru honorer dan tetangga sekitar memutuskan mengungsi ke Kantor Dekenat Wamena.
- Mendikdasmen: Tunjangan Guru Honorer Non-Serdik Tidak Dihitung dari Januari
- Mendikdasmen Ungkap Kategori Guru Honorer yang akan Ditransfer Tunjangan Bulanan
- Mei, 785 Ribu Guru Honorer Non-Sertifikasi Terima Tunjangan Langsung ke Rekening
- 71.166 Guru Honorer Kantongi Rp 2 Juta per Bulan, Langsung Masuk Rekening
- Begini Kebiadaban OPM terhadap Guru Honorer dan Nakes di Yahukimo
- Soal Bantuan untuk Guru Honorer Non-Sertifikasi, Begini Penjelasan Abdul Mu’ti