Guru jadi Pemicu Siswa Bersikap Radikalisme dan Intoleransi
jpnn.com, JAKARTA - Fakta mengejutkan disampai Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Ternyata, sikap siswa yang terbuka terhadap praktik intoleransi mulai berkembang di kelas.
Sikap itu didapat siswa dari guru yang membawa pandangan politik pribadinya ke dalam kelas.
“Guru mengajar, sambil menjelaskan materi kemudian menyisipkan pilihan-pilihan politik bahkan sikap politik pribadinya terkait calon presiden atau komentar terkait aksi terorisme yang terjadi bahwa ini adalah pengalihan isu atau mendukung konsep negara khilafah, bahkan bersimpati terhadap ISIS," kata Wasekjen Heru Purnomo.
Menurut Heru, fakta yang terjadi, guru membawa pandangan politik personalnya ke ruang kelas. Menyampaikan terang-terangan di depan siswa.
Dia melanjutkan, masuknya bibit radikalisme karena sekolah cenderung tidak memerhatikan dan mengawasi ketat kegiatan kesiswaan, apalagi terkait keagamaan.
Ditambah intervensi alumni dan pemateri yang diambl dari luar sekolah tanpa screening oleh guru atau kepala sekolah.
"Masuknya pemikiran yang membahayakan kebinnekaan ini bisa dari alumni melalui organisasi sekolah atau ekstrakurikuler, pemateri kegiatan kesiswaan yang bersifat rutin (sepeti mentoring dan kajian terbatas)," pungkasnya. (esy/jpnn)
Fakta yang terjadi di sekolah adalah sebagian guru membawa pandangan politik personalnya ke ruang kelas termasuk terkait radikalisme dan intoleransi.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- BNPT & PNM Kerja Sama Cegah Radikalisme lewat Pemberdayaan Ekonomi
- Mendikdasmen Abdul Mu’ti Memberi Sinyal Kuat Perubahan, FSGI Bereaksi
- FSGI Sebut Anak STM Punya Hak Melakukan Demonstrasi, Jangan Ditangkapi
- Kepala BNPT: RAN PE Masih Perlu Dilanjutkan
- LPOI dan LPOK Ingatkan untuk Mewaspadai Metamorfosa Gerakan Radikalisme dan Terorisme
- FSGI: Guru Honorer Seharusnya Dikontrak Bukan Dipecat