Gus Dur Borong PKL, Wolfowitz Ikut Joget Dangdut
Senin, 19 Oktober 2009 – 06:36 WIB
Gus Dur pun memanjakan para pengunjung dengan kuliner mak nyus. Ada lebih dari 15 pedagang keliling yang diborong dan mangkal di lokasi acara. Semua pengunjung bebas makan gratis. Menunya, antara lain, ketupat sayur, sate ayam, bakso, siomai, dan soto. Selain itu, tersedia jajanan khas rakyat seperti kacang godong, pisang godok, singkong, jagung, dan umbi-umbian.
Para pedagang itu adalah mereka yang biasa mangkal di kawasan Ciganjur. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sendiri memborong mereka dengan harga spesial. "Saya sering diundang ke sini. Baik acara Maulid Nabi, khataman Alquran, wayangan, dan selamatan lainnya. Satu gerobak saya muter-muter dapatnya Rp 400 ribu. Sama Gus Dur diborong Rp 600 ribu," tutur Slamet, pedagang ketupat sayur asal Pemalang, Jateng.
Tidak perlu lama, ribuan tamu memadati halaman belakang pondok. Mereka merapat ke sisi depan panggung. Karena acaranya sampai larut malam, penonton yang ngantuk digojlok oleh pembawa acara. "Heh, ini nonton orkes atau nonton film" Baru jam segini udah ngantuk," katanya.
Selain masyarakat sekitar, beberapa simpatisan Gus Dur dari Jatim pun hadir. Jawa Pos sempat menemui rombongan dari Surabaya, Probolinggo, Madura, Pasuruan, dan Jombang. Mereka datang dengan bus atau datang sendiri-sendiri. "Kami berangkat tadi pagi (Sabtu pagi, Red) dari Surabaya. Sampai sini jam dua belas malam," kata Rakhmad, lelaki asal Wonokromo, Surabaya.
BEGINILAH suasananya kalau Gus Dur mantu. Selain resepsi pernikahan yang diselenggarakan di gedung dan dihadiri tamu-tamu "penting?, juga
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas