Gus Jazil Blak-Blakan Mengaku Tidak Kaget dengan Rencana Jenderal Dudung

Dia mengatakan hal itu saat menjadi narasumber Diskusi Empat Pilar MPR RI bertema ‘TNI Rekrut Santri Untuk Memperkokoh NKRI’ di Senayan, Jakarta, Rabu (8/12).
Gus Jazil berharap para santri merespons pernyataan Jenderal Dudung dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, antara lain dengan mengasah kemampuan fisik dan intelektual.
“Santri yang direkrut menjadi TNI juga mesti memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan agama sebagai sumber perdamaian.”
“Selain itu, karena kita berada di dunia modern, santri harus melek teknologi informasi dan digital. Ini juga berlaku buat TNI. Sebab, di masa depan tantangan berat bangsa ini bukan hanya perang fisik saja, tapi perang siber atau cyber war. Perang di dunia maya ini bukanlah hal mustahil nanti dan itu mesti betul-betul diperhatikan,” pesannya.
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Dr Khairul Fahmi yang juga sebagai pembicara pada diskusi tersebut mengatakan apa yang disampaikan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman memang bukan hal yang baru.
Pasalnya, sejak masa perjuangan, kalangan santri sudah ambil bagian dengan bergabung menjadi laskar-laskar membantu para pejuang melawan penjajah.
“Saat ini pun di TNI, banyak juga dari level tamtama sampai perwira yang berlatar belakang santri dan kemampuan mereka baik-baik saja, para santri yang masuk menjadi anggota mampu beradaptasi dan mampu menjadi TNI yang bagus,” ujar Khairul. (rls/sam/jpnn)
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid atau Gus Jazil merespons pernyataan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- TNI AL: Jumran Telah Merencanakan Membunuh Jurnalis Juwita
- Gala Premiere Film Pinjam 100 The Movie Sukses, Bamsoet: Bisa jadi Cermin Generasi Muda
- MPSI Minta Masyarakat Tak Ragu Komitmen Prabowo Lakukan Reformasi Pemerintahan
- Prabowo Berkata Begini soal Demo Penolakan Revisi UU TNI
- Waka MPR Lestari Moerdijat Minta Peningkatan Kualitas SDM Sejak Dini Segera Dilakukan
- Keluarga Korban Ungkap Proses Uji DNA dalam Kasus Pembunuhan Jurnalis Juwita di Banjarbaru