Gus Karno
Oleh: Dahlan Iskan
Bu Mega sudah pernah ke museum itu. Demikian juga Presiden Jokowi. Bahkan Presiden minta beberapa copy dokumen terkait Pancasila dan pidato Bung Karno ke Gus Marhaen.
Sudah dikirim ke Istana: berupa sederetan buku merah dijilid rapi. Panjang deretan buku itu 1 meter lebih. Deretan buku merah itu kadang terlihat di video kalau presiden memberi keterangan ke publik.
Gus Marhaen memang putra tokoh yang sangat dekat dengan Bung Karno: Shri Wedastera Suyasa. Waktu Bung Karno sudah diasingkan ke Wisma Yaso, Wedastera masih bisa menemui Bung Karno. Padahal penjagaan begitu ketat.
Itulah saat-saat Bung Karno paling menderita batin: status resminya masih presiden tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bung Karno lagi menjalani karantina politik –agar tidak mengganggu penguasa baru.
Jenderal Soeharto saat itu sudah menjadi presiden bayangan. Masih perlu proses politik untuk menjadi presiden yang resmi.
Di akhir masa pemerintahan Bung Karno, Wedastera menjadi anggota DPR-GR. Ia menjabat ketua Fraksi Partai Nasional Indonesia –kelak menjelma menjadi PDI-Perjuangan.
Di Bali, Wedasetra mendirikan Universitas Marhaen. Kini namanya menjadi: Universitas Mahendradatta. Perubahan nama itu akibat politik juga: Orde Baru berusaha menghilangkan apa pun yang berbau Bung Karno. Kalau mau selamat, nama Universitas Marhaen harus diganti.
Nama Mahendradatta pun dipilih. Masih bisa ada bau Marhaen –kalau dipaksakan.
Itulah saat-saat Bung Karno paling menderita batin: status resminya masih presiden tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bung Karno lagi menjalani karantina politik.
- Deddy PDIP Yakin Pemberedelan Pemeran Lukisan Yos Suprapto Bukan Perintah Prabowo, Lalu Siapa?
- Pelaku Utama Laboratorium Narkotika Rahasia di Bali Asal Ukraina
- Pemberedelan Lukisan Yos Suprapto, Bonnie PDIP Singgung Prabowo, Tidak Mungkin
- Versi Legislator PDIP, PPN 12 Persen Masih Bisa Diubah Pemerintahan Prabowo
- Jawab Tudingan, Dolfie PDIP Bilang Aturan PPN 12% Diinisiasi Pemerintahan era Jokowi
- Celeng Banteng