Gus Mus dan Gus Yahya, Relasi Paman-Keponakan di Politik Kekinian

Gus Mus dan Gus Yahya, Relasi Paman-Keponakan di Politik Kekinian
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Foto/Arsip: PBNU

Kiai Jazuli adalah pencipta motto "NU kultural wajib pilih PKB, NU struktural sak? karepmu". Motto lainnya: "Warga NU Wajib Ber-PKB".

Kiai Jazuli boleh dikata menjadi kiai paling depan yang menginginkan NU punya satu saja wadah perjuangan politik: PKB. Sebaliknya, kata Dahlan, Gus Yahya tidak ingin NU jualan suara.

"Warga NU itu 56,9 persen. Kalau hanya dijual untuk satu-dua amplop itu menjatuhkan martabat," begitu Dahlan mengutip ucapan Gus Yahya.

Nah, konon yang akan Gus Yahya lakukan bukanlah menjual NU. "Kita akan melakukan aliansi. Bukan jualan," Dahlan mengutip perkataan Gus Yahya.

Aliansi yang dimaksud Gus Yahya adalah menjalin hubungan dengan yang punya misi sama dengan NU. Dengan demikian tujuan organisasi Islam terbesar di Indonesia itu bisa tercapai, yakni untuk kejayaan NU dan kejayaan Indonesia.

"Intinya: Gus Yahya ingin Indonesia maju. Caranya: apa yang sudah dicapai sekarang harus berlanjut. Dan itu berarti harus "numpak jaran" (naik kuda)," tutur Dahlan.

Bagaimana dengan Khofifah Indar Parawansa –Gubernur Jatim saat ini? Dahlan menilai sudah pula ada isyarat yang sangat kuat ke mana dia akan melabuhkan dukungan.

"Itu bisa dilihat dari susunan pengurus tim kampanye nasional Prabowo-Gibran. Ada nama KH Asep Saifuddin Chalim di sana," ucap Dahlan.

Dahlan Iskan mengaku sulit membayangkan bagaimana hubungan Gus Mus dengan Gus Yahya di Pilpres 2024. Ini soal relasi paman dan keponakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News