Habib Kiai

Oleh: Dahlan Iskan

Habib Kiai
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Waktu itu hasilnya, Anda masih ingat: saya ini keturunan campuran. Ada darah Neanderthal (manusia purba sebelum Nabi Adam), sebanyak 2,5 persen. Arab: 2,5 persen. Tionghoa: 5 persen. Indian Amerika: 5 persen.

Sisanya: keturunan Asia Tenggara. Tanpa ada perincian dari mana saja Asia Tenggara itu. Jangan-jangan dari Jawanya manusia Ngawi atau dari Sunda purba atau dari Campa.

Siapa keturunan siapa kelihatannya memang penting –secara pribadi. Entah untuk apa. Tetapi, tesis Kiai Imad yang mengatakan habib di lingkungan Alawy bukanlah keturunan nabi benar-benar menimbulkan reaksi yang luar biasa.

Ustad Wafi agak ketinggalan mengetahui riuhnya perdebatan di medsos itu. Sekitar tiga bulan lalu ia kedatangan tamu di rumahnya. Mereka adalah pengurus Syuriah NU Probolinggo.

Ustad Wafi memang tinggal di Probolinggo, Jatim. Di sebuah desa selatan terminal bus kota: Triwung Kidul. Ia bersama ayahandanya mengajar agama di pondoknya.

Tamu itulah yang mengabarkan bahwa ada kiai dari Banten yang hebat. Ia mampu membatalkan klaim bahwa Bani Alawy adalah keturunan Nabi Muhammad.

Wafi terperanjat. Ia minta dikirimi buku yang ditulis Kiai Imad itu. Cukup dalam bentuk PDF. Juga, buku-buku lain yang jadi dasar pemikirannya. Semua dalam bahasa Arab.

Setelah mempelajari PDF itu, Ustad Wafi berpikir. Karya ilmiah harus diuji dalam sebuah perdebatan ilmiah. ”Pendapat itu belum sah kalau belum lewat debat ilmiah,” katanya.

Biasanya, antara habib dan kiai seperti dua sisi koin yang sulit dipisah. Tetapi, tiba-tiba saja seperti ada yang akan memisahkannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News