Hadiah Lebaran
Oleh: Dahlan Iskan
Sambil menemani antre, Meiling bertanya ke petugas di situ. "Keharusan PCR ini peraturan Singapura atau peraturan Indonesia?" tanyanyi.
"Peraturan Indonesia," jawab petugas itu.
Meiling pun memukul pundak saya. "Dengar sendiri kan?" ujarnyi dalam Bahasa Mandarin.
Proses PCR itu cepat sekali. Administrasi awalnya yang lama: banyak daftar isian di kertas. Seperti bukan di Singapura saja.
Keluar dari RS saya sudah menerima email dari rumah sakit itu. Rupanya sekadar testing. Apakah alamat email yang saya tulis di kertas isian tadi sudah benar. Testing itu penting karena hasil PCR akan dikirim ke alamat email saya.
Harusnya saya tahu bahwa itu peraturan Indonesia. Dua hari sebelumnya saya meninggalkan Singapura ke Malaysia. Jalan darat. Lewat jembatan Tuas. Yang melengkung tinggi di atas laut selat Johor.
Di pos perbatasan Singapura, sebelum melewati jembatan, kami tidak ditanya apa-apa. Soal Covid. Hanya menyerahkan paspor untuk distempel.
Setelah jembatan, di pos perbatasan Malaysia, juga tidak ditanya Covid. Hanya menyerahkan paspor. Untuk distempel oleh petugas imigrasi Malaysia.
Setelah bertemu Anwar Ibrahim –dan beberapa relasi– keesokan harinya kami balik ke Singapura. Lewat jalan yang sama. Tidak ada lagi hadiah Lebaran dari negara.
- Iswar Membayangkan Kota Semarang jadi Pusat Pengembangan Ekonomi Jawa, Ini Alasannya
- Suami Sendiri
- SIG Tangkap Peluang Pertumbuhan Industri Semen dari Program 3 Juta Rumah
- Prospek Cerah Industri Semen Indonesia di Tengah Pemulihan Ekonomi
- Prabowo & Ridwan Kamil Makan Malam Bersama, Ini yang Dibahas
- Ikan PrimaLand