Hadiri HUT ke-20 Forum Silaturahmi Anak Bangsa, Ketua MPR: Berhenti Mewariskan Konflik

Hadiri HUT ke-20 Forum Silaturahmi Anak Bangsa, Ketua MPR: Berhenti Mewariskan Konflik
Ketua MPR Bambang Soesatyo saat menghadiri peringatan HUT ke-20 Forum Silaturahmi Anak Bangsa yang berlangsung di Auditorium RRI Jakarta. Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

"Beberapa konflik sosial yang terjadi di Indonesia, memiliki akar kesejarahan yang cukup lama tertanam. Misalnya peristiwa Perang Padri di tanah Batak, yang dimulai sejak tahun 1803, ditengarai sebagai penyebab terbelahnya kehidupan sosial masyarakat Batak (bagian utara dan bagian selatan)," terang Bamsoet.

Contoh lain di Jawa Barat, sejarah Perang Bubat pada abad 14, telah membuat masyarakat Jawa Barat bersikap 'antipati' terhadap nama-nama, seperti Gajah Mada, Hayam Wuruk, dan Majapahit.

Baru pada 2018, stigma tersebut secara simbolis terhapus dengan diresmikannya nama Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk di Bandung.

Referensi kesejarahan berikutnya, konflik yang muncul pascaproklamasi kemerdekaan Indonesia, telah memiliki perluasan spektrum, dengan menyangkut muatan ideologi, isu keagamaan, hingga separatisme.

Misalnya yang cukup menonjol adalah peristiwa pemberontakan G30/S PKI tahun 1965.

"Setelah beberapa generasi berlalu, anak cucu dari keturunan pelaku sejarah, yang sama sekali tidak tahu menahu atau tidak terlibat dalam peristiwa sejarah, harus ikut menanggung dosa warisan atau dosa turunan dari nenek moyang mereka," pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)

Ketua MPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet menyampaikan sejumlah pesan saat menghadiri HUT ke-20 Forum Silaturahmi Anak Bangsa


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News