Hahaha, Tertawa Mengenang Gerhana di Jaman Pak Harto
Pada GMT 1983 itu, ada empat kota di Indonesia yang dilintasi. Yaitu, Pangandaran, Jawa Barat; Cepu, Jawa Tengah; Lamongan, Jawa Timur; serta Makassar, Sulawesi Selatan.
Sayang, kenang Gunawan, pemerintah terlalu khawatir. Lewat media massa, mereka mengimbau keras jangan ada yang melihat gerhana. Alasannya: bisa merusak penglihatan.
Padahal, lanjut alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, tidak ada korelasi antara melihat GMT dan kebutaan. ’’Bahkan, ada kepala kebun binatang di salah satu kota yang menutup kandang binatang dengan kain. Khawatir hewan-hewan akan buta melihat gerhana,’’ terangnya, lantas tertawa.
Ketika itu, Gunawan masih mahasiswa semester enam jurusan astronomi di ITB. Dia mengaku sangat beruntung bisa tergabung dalam tim peneliti ITB yang dibentuk dosennya. Tim tersebut akhirnya memilih meneliti di Cepu.
’’Cepu kami pilih karena mudah diakses,’’ kata pria yang sehari-hari tinggal di Bandung itu.
Pengalaman tersebut mendudukkan Gunawan dalam posisi istimewa. Dalam tim yang diterjunkan Lapan di Parigi Moutong untuk memantau GMT pagi ini, dia satu-satunya yang turut meneliti GMT 1983.
Membandingkan dengan yang dialaminya pada 1983, Gunawan mengaku bersyukur bahwa perilaku orang terhadap GMT berubah. Kalau dulu demikian takut, sekarang demikian bergairah.
Di 11 kota yang dilintasi GMT, termasuk Parigi Moutong yang terletak 60 kilometer dari Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, pemerintah setempat menyambut dengan berbagai perayaan. Wisatawan, baik asing maupun domestik, juga berdatangan.
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara