Haji

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Haji
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kepercayaan mistis semacam itu hidup juga di sebagian masyarakat Jawa yang percaya bahwa mengunjungi Masjid Demak, di Jawa Tengah, selama tujuh kali sama saja dengan beribadah haji ke Mekah.

Begitu pentingnya ibadah haji dalam sistem sosio-religi di Indonesia, sehingga ibadah ini menjadi salah satu urusan yang paling mendapatkan sorotan masyarakat setiap tahun. Kali ini, pemerintah resmi mengumumkan bahwa tahun ini tidak akan ada pengiriman jemaah haji ke Mekah.

Keputusan ini mengagetkan banyak pihak, dan sudah pasti mengecewakan jemaah calon haji yang mestinya tahun ini dijadwalkan berangkat.

Banyak di antara mereka yang sudah menunggu antrean bertahun-tahun sampai belasan tahun. Nmaun, ketika giliran berangkat tiba terjadi pembatalan.

Menteri Agama Yaqut Kholil Qoumas beralasan bahwa kondisi dunia yang masih belum aman dari pandemi Covid-19 menjadi alasan utama untuk tidak mengirim jemaah haji.

Namun, kemudian muncul berbagai spekulasi yang meragukan alasan yang dikemukakan Menag Yaqut.

Spekulasi yang paling santer menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia tidak mendapatkan kuota dari Arab Saudi.

Sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia kegagalan mendapatkan kuota ini tentu memantik perdebatan keras.

Kalau benar penundaan ini karena uang haji dipakai untuk biaya pembangunan infrastruktur, maka muncullah sebutan Haji Maskur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News